Formulir Kontak

Senin, 02 April 2018

Ini Dia Sejarah Dari Daerah Istimewa Yogyakarta

Ini Dia Sejarah Dari Daerah Istimewa Yogyakarta

Ini Dia Sejarah Dari Daerah Istimewa Yogyakarta


Bogel Histori - Kehadiran Kota Yogyakarta tidak dapat terlepas dari kehadiran Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari dampak Belanda, adalah adik dari Sunan Paku Buwana II. Sesudah lewat perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang sudah bergelar Susuhunan Kabanaran di tandatangani Kesepakatan Giyanti atau seringkali dimaksud dengan Palihan Nagari. Palihan Nagari berikut sebagai titik awal kehadiran Kasultanan Yogyakarta. Ketika tersebut Susuhunan Kabanaran lalu bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Sesudah Kesepakatan Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana mesanggrah di Ambarketawang sembari menunggui pembangunan fisik kraton. 

Sebulan sesudah di tandatanganinya Kesepakatan Giyanti persisnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta serta mempunyai separuh dari lokasi Kerajaan Mataram. Proklamasi ini berlangsung di Pesanggrahan Ambarketawang serta di kenal dengan momen Hadeging Nagari Dalam Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan utk bangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Rimba Beringan yang awal mulanya bernama Garjitawati. 

Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini memerlukan saat setahun. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I bersama keluarganya geser atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawan masuk kedalam Kraton Ngayogyakarta. Momen perpindahan ini diikuti dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa Tunggal berwujud dua ekor naga yang ke-2 ekornya sama sama melilit serta diukirkan diatas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalam Regol Kemagangan serta Regol Gadhung Mlathi. Momentum kepindahan berikut yang digunakan menjadi basic pemilihan Hari Jadi Kota Yogyakarta karna sejak saat itu beragam jenis fasilitas serta bangunan pendukung utk mewadahi kesibukan pemerintahan baik kesibukan sosial, politik, ekonomi, budaya ataupun rumah mulai didirikan dengan bertahap. Berdasar pada itu semuanya jadi Hari Jadi Kota Yogyakarta ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 2009 serta dikuatkan dengan Ketetapan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Th. 2004 

KONDISI GEOGRAFIS KOTA YOGYAKARTA


I. BATAS WILAYAH


Kota Yogyakarta berkedudukan menjadi ibukota Provinsi DIY serta adalah cuma satu daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah tingkat II yang lain yang berstatus Kabupaten. 

Kota Yogyakarta terdapat ditengahnya Provinsi DIY, dengan batas-batas lokasi seperti berikut : 
Samping utara : Kabupaten Slema 
Samping timur : Kabupaten Bantul & Slema 
Samping selatan : Kabupaten Bantul 
Samping barat : Kabupaten Bantul & Sleman 
Lokasi Kota Yogyakarta terbentang pada 110o 24I 19II hingga 110o 28I 53II Bujur Timur serta 7o 15I 24II hingga 7o 49I 26II Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m di atas permukaan laut 

II. KEADAAN ALAM


Pada dasarnya Kota Yogyakarta adalah dataran rendah di mana dari barat ke timur relatif datar serta dari utara ke selatan mempunyai kemiringan ± 1 derajat, juga ada 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yakni : 
- Samping timur yaitu Sungai Gajah Wong 
- Sisi tengah yaitu Sungai Code 
- Samping barat yaitu Sungai Winongo 

III. LUAS WILAYAH


Kota Yogyakarta mempunyai luas lokasi tersempit dibanding dengan daerah tingkat II yang lain, yakni 32, 5 Km² yang bermakna 1, 025% dari luas lokasi Provinsi DIY. 

Dengan luas 3. 250 hektar itu terdiri jadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, serta 2. 531 RT, juga ditempati oleh 489. 000 jiwa (data per Desember 1999) dengan kepadatan rata-rata 15. 000 jiwa/Km² 

IV. TIPE TANAH


Keadaan tanah Kota Yogyakarta cukup subur serta sangat mungkin ditanami beragam tanaman pertanian ataupun perdagangan, dipicu oleh letaknya yang ada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang garis besarnya memiliki kandungan tanah regosol atau tanah vulkanis muda Searah dengan perubahan Perkotaan serta Pemukiman yang cepat, lahan pertanian Kota tiap-tiap th. alami penyusutan. Data th. 1999 memberikan penyusutan 7, 8% dari luas ruangan Kota Yogyakarta (3. 249, 75) karna berpindah kegunaan, (lahan pekarangan) 

V. IKLIM


Jenis iklim " AM serta AW " , curah hujan rata-rata 2. 012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27, 2°C serta kelembapan rata-rata 24, 7%. Angin biasanya bertiup angin muson serta pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220° berbentuk basah serta menghadirkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam 


VI. DEMOGRAFI


Pertambahan masyarakat Kota dari th. ke th. cukup tinggi, pada akhir th. 1999 jumlah masyarakat Kota 490. 433 jiwa serta hingga pada akhir Juni 2000 tertulis masyarakat Kota Yogyakarta jumlah 493. 903 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 15. 197/km². Angka keinginan hidup masyarakat Kota Yogyakarta menurut type kelamin, laki laki umur 72, 25 th. serta wanita umur 76, 31 th..

Tidak ada komentar: